Teori Behaviorism
Latar Belakang
Seperti
yang kita ketahui, belajar adalah suatu proses dimana kita mendapatkan suatu
ilmu pengetahuan, yang tadinya tidak tahu menjadi tahu dan yang tadinya tahu
menjadi lebih paham. Dengan kata lain proses belajar itu dengan menggunakan
metode penghafalan. Dengan menghafal kita bisa mendapatkan hasil dari proses
belajar. Tetapi kebanyakan hal seperti ini diterapkan di dalam pembelajaran.
Contohnya guru (pendidik) hanya menilai dari perkembangan kognitifnya saja.
Oleh karena itu untuk membantu guru dalam menjalankan proses belajar mengajar
dengan baik diperlukan teori belajar behaviour karena pengertian pandangan
belajar menurut teori behaviour adalah suatu proses perubahan, yakni perubahan
dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya karena
memperoleh hasil belajarnya (stimulus-respon/sebab-akibat).
Tujuan Penulisan
Kognitif :
1.
Menjelaskan
tentang teori belajar behaviour (C2)
2.
Memberi contoh
tentang penerapan teori behaviour di dalam proses belajar (C2)
3.
Menguraikan
pendapat para tokoh dalam teori belajar behaviour (C2)
Afektif :
1. Mengaitkan proses belajar dengan teori belajar
behaviour (A4)
2. Menghubungkan teori belajar behaviour di dalam
proses belajar (A4)
3. Memilih pendapat teori mana yang mudah dipahami (A3)
Psikomotorik :
1. Membedakan teori belajar behaviour dengan teori lain
(P1)
2. Mempraktekkan bagaimana teori belajar behaviour
dilakukan (P3)
3. Mengikuti pendapat teori mana yang dipakai (P3)
Teori behaviorism
A. Pengertian
Behaviorism merupakan suatu pandangan teoritis yang
beranggapan, bahwa pokok persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa
mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran atau mentalitas ( Syarifan
Nurjan, dkk. 2009).
Teori belajar psikologi behaviouris yaitu tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengamatan. Teori behaviouristik
dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukan orang belajar sebagai
individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan dan pembiasan semata.
Dalam perspektif ini, para penganut
aliran behaviourisme (behaviouris) menaruh perhatian pada perasaan penghargaan
maupun hukum dalam mempertahankan atau mengurangi kecenderungan munculnya
perilaku tertentu ( Carole Wade dan Carol Tavris, 2008).
Behaviourisme sebagai sebuah teori psikologi dan
pembelajaran menjadi berpengaruh pada awal abad keduapuluh dan mencapai puncak
kejayaannya pada tahun 1950-an dan 1960-an. Teori tersebut berakar dari
penelitian Ivan Pavlov di Rusia di sekitar pergantian abad yang lalu.
Konseptualisasi dasar ini pada umumnya disebut “model pemprosesan informasi
manusia”. Gagasan dasarnya adalah bahwa manusia memproses informasi melalui
serangkaian sistem yang berbeda. Pendekatan ini menghargai perbedaan,
menghargai keunikan individu, menghargai keberagaman dalam menerima dan memaknai
pengetahuan (Iskandar Wiryokusumo, jurnal behaviourisme, kognitivisme, dan kontruktivisme
: teori belajar dan implikasinya terhadap pembelajaran).
B.
Pandangan
para tokoh mengenai teori behaviorism
1.
Teori belajar
menurut E.L. Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah
proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar
dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang
tidak dapat diamati.
Dasar teori Thorndike awalnya dibuat dengan melakukan
eksperimen terhadap binatang. Penelitian didesain untuk menentukan apakah
binatang mampu “memecahkan” suatu masalah melalui pemikiran atau melalui lebih
dari proses dasar. Menurut Thorndike, penelitian dibutuhkan karena sedikitnya
data objektif .” sudah seringkali terjadi peristiwa kehilangan anjing dan tidak
ada satu orangpun yang mengumumkannya atau membuat laporan kedalam majalah
ilmiah ( Syarifan Nurjan,dkk. 2009).
2.
Teori belajar
menurut J.B. Watson dan Ivan Pavlov ( Classical conditioning)
-
John B. Watson
Watson mendefinisikan belajar
sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon
yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan
dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor
tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat
diamati. Watson juga percaya bahwa kepribadian manusia yang terbentuk melalui
berbagai macam conditioning dan berbagai macam reflex.
Watson
mengemukakan bahwa bayi pada saat kelahirannya hanya memiliki tiga respon
emosional. Ketiga respon emosional tersebut adalah takut, marah, cinta. Respon
takut misalnya dimulai dengan meloncat atau gerak badan dan nafas yang
tersengal. Respon takut diamati dalam lingkungan alam setelah suara gaduh atau
kehilangan dukungan terhadap bayi. Merujuk kepada pendapat Watson kehidupan
emosional kompleks orang dewasa merupakan hasil dari conditioning atas tiga
respon dasar terhadap berbagai macam situasi. Inilah
dasar dari apa yang kemudian dikemukakan J.B. WATSON (1913) sebagai
Behaviourisme. Jika dasar-dasar fisik dapat dipergunakan untuk menerangkan
fungsi-fungsi psikis, maka tentu juga dapat dipergunakan untuk mengadakan
penyelidikan terhadap hewan. Fungsi-fungsi mental dalam kegiatannya tentu juga
mengikuti hukum-hukum dalam mekanika. Hubungan-hubungan antara
rangsang-rangsang dan perubahan-perubahan disatu pihak dengan reaksi atau
jawaban-jawaban dalam bentuk tingkah laku dipihak lain menjadi objek penelitian
yang mengarah ke tumbuhnya bermacam-macam pendekatan dengan dasar teori
behaviourisme dan teori belajar (Singgih D Gunarsa,1982).
- Ivan Pavlov
Pada dasarnya menurut teori ini adalah perilaku dapat
dibentuk dengan cara berulang-ulang, perilaku itu dipancing dengan sesuatu yang
memang menimbulkan perilaku tersebut dan siswa/siswi dapat dikondisikan untuk
memiliki kesadaran dan sensitifitas gender sejak dini melalui pengalaman dalam
belajar.
3. Teori belajar menurut Chalk Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara
stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat
terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori
evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar
organisme tetap bertahan hidup. Teori hull sangat dipengaruhi oleh teori revolusi yang
dikembangkan oleh Charles Darwin. Bagi Hull, seperti dalam teori revolusi semua
fungsi perilaku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh
karena itu dalam teori Hull kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis
menempati posisi sentral. Stimulus hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan
biologis, meskipun responnya mungkin bermacam-macam. Setelah skinner
memperkenalkan teorinya, tidak banyak yang menggunakan teori ini, meskipun masih
sering digunakan dalam berbagai eksperimen di labolatorium (Nursalam, 2008).
4. Teori belajar Menurut Edwin
Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar.
Belajar terjadi
karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan
tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi
hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan
respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh
karena itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi
stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap.
Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam
proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah
tingkah laku seseorang.
Saran
utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon
secara tepat. Siswa harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam
mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh
anak (Bell, Gredler, 1991).
C.
Aplikasi dalam Pembelajaran Behaviorism
Aplikasi teori behaviouristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung dari beberapa hal seperti berikut ini :
a.tujuan pembelajaran
b.
sifat materi pelajaran
c.
karakteristik pembelajaran
d. media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia
Pembelajaran yang
dirancang dan berpijak pada teori behaviouristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar
adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transferof knowledge) ke orang yang belajar struktur
pengetahuan tersebut.
Pembelajar diharapkan
akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya
apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh
murid. Demikian halnya dalam pembelajaran, pembelajar dianggap sebagai objek
pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh sebab
itu para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar
tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pembelajar.
Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pembelajar diukur hanya pada hal-hal
yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati
kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
D. Implikasi Teori
Belajar Behaviorism
Ada beberapa implikasi teori behaviouristik dalam pembelajaran,
antara lain :
1. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behaviouristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar.
2. Peserta didik dianggap sebagai
objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik.
3. Karena teori behaviouristik
memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka peserta
didik atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas
dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat.
4. Evaluasi menekankan pada respon
pasif, keterampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil
test.
Analisis Teori
Kaum behaviouris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu
proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi
stimulus untuk merangsang siswa dalam berperilaku. Pendidik yang masih
menggunakan kerangka behaviouristik biasanya merencanakan kurikulum dengan
menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu
keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hierarki,
dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul,1997).
Pandangan teori behaviouristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behaviouristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Pandangan teori behaviouristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behaviouristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Pandangan behaviouristik juga kurang dapat menjelaskan adanya
variasi tingkat emosi siswa, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang
sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai
kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya
terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda
tingkat kesulitannya. Pandangan behaviouristik hanya mengakui adanya stimulus
dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran
atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
Teori behaviouristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang berpengaruh yang mempengaruhi proses belajar. Jadi teori belajar tidak sesederhana yang dilukiskan teori behaviouristik.
Teori behaviouristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang berpengaruh yang mempengaruhi proses belajar. Jadi teori belajar tidak sesederhana yang dilukiskan teori behaviouristik.
Daftar
Pustaka
http://ejournal.unirow.ac.id/ojs/index.php/unirow/article/view/22 jurnal behaviourisme, kognitivisme, dan
kontruktivisme : teori belajar dan implikasinya terhadap pembelajaran.
Grendel, Bell.1991. Belajar
dan Membelajar Edisi 1. Jakarta : CV. Rajawali.
Gunarsa, Singgih D.
1982. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. BK Gunung Mulia
Nurjana, Syarifan.
2009. Psikologi Pembelajaran. Surabaya : Amanah Pustaka.
Nursalam. Pendidikan Keperawatan.
2008. Jakarta : Salemba.
Wade, Carole dan Carol
Tavris. 2008. Psikologi Edisi 9 Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar